sebenarnya ini bukan puisi atau karya sastra lainnya, sebatas pemahaman diri pribadi.

sejauh apapun jiwa ini menjauh maka ia akan terus mendekat, sesuatu yang ditakuti maka akan menarikmu ke dalam lingkaran tersebut, keadaan dimana seseorang dipaksa untuk merasakan dimensi ketakutan tertinggi dan belajar memahami sensasi dari detik yang terbagi. panca indera terlalu berat untuk menerima perjalanan imaji dari kepala dan segumpal hati, namun jawaban akan selalu ada lalu menjelma sedemikian rupa. apa yang kita cari ?
apa lagi yang hendak memberi sedih ?
melulu berhalusinasi ? dunia ini tidak hanya sebatas dunia, cinta pun akan jauh lebih bermakna dari ejaannya. yakin jawaban selalu ada di akhir ? mungkin kita semua sudah melaluinya namun stimulus tidak sanggup menangkapnya. menyesal mungkin berguna, tapi tidak sekarang. sepertinya setara dengan berhalusinasi. percaya itu baik bisa pula menjadi buruk, namun selama jiwa tetap terpatri di dalam relung raga maka rasa percaya akan terus tumbuh. kemana pun kaki ini melangkah, selalu beri ia celah untuk melihat keindahan panorama. semua emosi ini indah, seluas panorama yang tiada habisnya. jalanan ini bisa sesempit setapak atau seluas gurun sahara. mulia itu apa ? benar salah punya siapa ? mengapa harus damai ? apakah yang mendorong seseorang menelungkup kaku di hadapan egonya ? menjaga keseimbangan dan keselarasan memang tidak mudah, namun setidaknya kita berupaya menjadi neraca. akan berakhir di mana pertanyaan yang menggunung ? kunci jawaban ada di akhir halaman.


kamis.
8 oktober 2015.

Comments

  1. manusia akan selalu menelisik dan mempertanyakan maksud dari emosi yang dirasa. mencoba menikmati namun semakin jatuh kedalam dan gelap, mencoba menari dan melupakan malah menghamilkan dan tertumpuk di akhir, kita tidak bisa menjadi neraca untuk diri sendiri apalagi orang lain, kita hanya bisa terus bertanya,mulai memahami dan bertanya kembali. manusia akan terus terombang ambing sampai kematian datang mengetuk jiwa nya dan berkata "saatnya menuju lautan yang lebih luas dan liar".

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih sudah berkunjung ke blog saya mas rizky. kita memang tidak bisa menjadi neraca namun berusaha untuk berada di sekitaran tengahnya. semoga terus terombang ambing agar tidak karam :)

      Delete
    2. iya sama sama dan semoga perahu yang anda bangun tidak memerlukan tas untuk menutupi hp yang anda charge :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

telinga,mata,hati...

Melebihkanmu

Publik Racun